banner-detik

sponsored post

Cantik Itu Kulit Putih: Beauty Campaign Masa Lalu

seo-img-article

Masih ingat beauty stereotype yang mau saya ubah di artikel International Women’s Day bulan Maret lalu? Yup, stereotype cantik adalah kulit putih, kampanye kecantikan yang sudah sangat ketinggalan jaman!

Saya pernah baca sebuah tulisan yang mengatakan bahwa merasa cantik nggak perlu jadi prioritas utama perempuan. Dibanding terobsesi menjadi cantik, lebih baik perempuan mengejar hal-hal lain seperti prestasi akademik, karier yang cemerlang, atau keluarga yang harmonis. Toh, katanya kecantikan bukanlah segalanya.

Apakah saya setuju dengan anggapan tersebut? Yes and no. Terobsesi menjadi cantik memang bukan hal yang baik, tapi menjadi percaya diri karena merasa cantik bisa meningkatkan kepuasan batin dan mempengaruhi perilaku kita sehari-hari. Bedakan yang namanya “berusaha” cantik untuk memenuhi ekspektasi orang lain dengan yang mencari makna cantik untuk ketenangan diri. Ada kebebasan yang nggak ternilai harganya begitu kita sadar bahwa kecantikan bukanlah validasi dari orang lain, melainkan seberapa damai kita dengan diri sendiri, baik dari apa yang kita lihat di depan kaca ataupun pikiran yang ada di kepala.

Kulit putih sudah lama jadi standar kecantikan di Asia. Krim-krim pemutih ilegal masih banyak dijual secara terselubung dan selebriti di Instagram dengan jutaan followers remaja masih nggak ragu-ragu mempromosikannya. Konsep bahwa kulit putih adalah satu-satunya tolak ukur kecantikan sangat jauh dari apa yang justru menjadi ciri khas Indonesia, yaitu keberagaman suku, budaya, bahasa, dan warna kulit tentunya. Indonesia dengan segala perbedaannya punya banyak definisi akan kecantikan dan merayakan kecantikan bukan dengan mengagung-agungkan satu definisi saja.

Butuh banyak proses sebelum kita bisa sampai di pola pikir masyarakat yang membeda-bedakan standar fisik seseorang berdasarkan warna kulitnya. Meskipun terkesan sepele, tapi kita nggak pernah tahu apa yang ada di pikiran seorang anak perempuan ketika sadar bahwa warna kulitnya dipandang jelek dan dianggap nggak istimewa seperti warna kulit tertentu.

Hal-hal menyangkut fisik semacam ini, kalau terus-terusan tertanam di benak seseorang dengan stigma yang negatif, ke depannya bisa banget menjadi halangan bagi orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Batasan-batasan seperti ini yang harus dihilangkan, tentunya dengan melatih diri untuk mencari definisi cantik yang paling nyaman buat kita dan sebarkan pesannya ke lingkungan sekitar. Dengan cara apa? Langkah paling sederhana: ikutan kampanye #AkuIndonesia bersama Dove!

FAW_Floor Display_100x160_20170809-01

Yup, bulan ini, Dove nggak cuma mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk merayakan kemerdekaan bangsa, tetapi juga kemerdekaan dari stereotip kecantikan yang mungkin selama ini mengganggu pikiran. Keberagaman Indonesia ditunjukkan dengan kecantikan para perempuan yang berasal dari Sabang sampai Merauke, apapun warna kulitnya.

Atas dasar keberagaman ini pula, Dove selalu berdedikasi untuk merayakan kecantikan perempuan dalam Dove Real Beauty Pledge™, salah satunya dengan menampilkan perempuan sebagaimana adanya dan nggak menggunakan model dalam iklan-iklannya.

Dengan ikutan kampanye #AkuIndonesia, kamu sudah turut andil dalam menyebarkan konsep kecantikan yang beragam dan meningkatkan kepercayaan diri untuk jutaan perempuan setanah air. Percaya diri nggak akan muncul kalau bukan dari diri sendiri, kan? Yuk, ikutan kampanyenya sekarang! Siapa tahu kamu berkesempatan untuk tampil di iklan Dove tahun depan 🙂

Slow Down

Please wait a moment to post another comment