banner-detik

skin care

Skincare Indonesia Bisa Saingi Skincare Korea

seo-img-article

Seperti yang ditulis Alda di artikel #FDInsight: Skincare Korea vs Jepang, topik skincare yang paling ramai di FD saat ini adalah seputar skincare Asia. We all know how much people are crazy over Korean and Japanese skincare these days, but how soon can we keep up?

Kalau kamu sudah sering main ke FD sejak tiga-empat tahun yang lalu, mungkin kamu pernah baca-baca artikel Irawaty Sarah, atau dikenal dengan ID forum @lautbiru. Biasa dipanggil Ira, salah satu pemain lama di FD forum ini sekarang juga seorang owner dari online shop @beningbersinar yang banyak menjual skincare Asia, khususnya dari Korea dan Jepang.

Terdengar mainstream? Jangan salah, banyak brand-brand yang dijual di @beningbersinar yang saya nggak familiar sama sekali sebelumnya. Ada brand yang sudah populer seperti COSRX, Nature Republic, atau Goodal, tapi ada juga Hyggee, Swanicoco, Primera, dan lain-lain. Tiga brand pertama tentunya saya sudah sering dengar, tapi tiga brand terakhir? Sama sekali nggak! 😀

WhatsApp Image 2017-03-25 at 8.48.47 PM-sideKarena itu, saya pikir seru juga membahas tren skincare Asia bersama Ira. Ternyata, semua produk-produk yang dijual di @beningbersinar diuji dulu di kulit sang owner, lho! Kebayang nggak, betapa riweuh-nya (sekaligus seru) nyobain belasan produk skincare di kulit sendiri? Well, menurut Ira, semua produk harus melewati masa percobaan selama beberapa waktu tertentu, dicoba dengan kombinasi produk dan routine yang berbeda-beda, kemudian baru diputuskan apakah produk tersebut layak dijual di @beningbersinar.

“Sering juga terjadi produknya nggak cocok di tipe kulit saya, tapi saya tahu ini akan bagus kalau dipakai orang-orang dengan kebutuhan kulit berbeda.” jelas Ira,”Saya ini nggak pernah jadi skincare enthusiast! Ini semua kebutuhan, bukan keinginan, apalagi kesukaan. Kulit saya rewel, sensitif, reaktif dan menyebalkan. Kalau dikasih kendor sedikit aja, hancur jerawatan. Bahkan di usia yang udah nggak remaja ini!”

Ira yang mulai tertarik pada skincare Asia sekitar lima tahun yang lalu ini juga menambahkan kalau skincare Asia itu nggak melulu hanya Korea dan Jepang, tetapi juga Taiwan. Ira yang waktu itu merasa kulitnya udah nggak merespon skincare Western langganannya akhirnya iseng mencoba skincare Asia dan ternyata berujung cocok.

be6bdd82-dbe8-40c0-868d-b86f51ac8466-side“Ngeliat skincare Asia itu harus diperhatikan juga latar belakang dan budaya masing-masing negaranya. Kalau Jepang, iklimnya kan jauh lebih lembap dibandingkan Korea dan Cina, jadi fokus skincare-nya lebih ke mengontrol produksi sebum alami kulit, mencerahkan, dan mencegah penuaan.

Kalau untuk Korea yang dingin dan kering, budaya yang dijunjung tinggi adalah kulit yang cerah, berkilau, dan terlihat berminyak atau “basah”. Ini karena di iklim kering, kulit yang kenyal dan dewy itu benar-benar seperti “kiblat” kulit sehat dan daya tariknya tinggi banget bagi orang-orang sana.”

Baca juga: Panduan 10 Korean Skincare Steps

“Makanya, fokus skincare Korea lebih ke memberi asupan air yang cukup bagi kulit, melembapkan, dan tentunya anti-aging juga. Semua produk Korea teksturnya ringan dan mudah diserap, kan? Ini untuk memudahkan kamu saat melakukan skincare layering, ‘tumpukan’ produk-produknya bisa efektif menahan kelembapan di bawah permukaan kulit.

Sedangkan produk skincare Taiwan, biasanya mereka menggabungkan prinsip obat-obatan herbal tradisional Cina dengan teknologi modern. Kandungan yang umum pada skincare Taiwan itu biasanya mandelic acid (AHA), yang bagus untuk eksfoliasi dan mengurangi jerawat.” jelas Ira.

image1-side

Lalu, apakah Indonesia bisa “menyusul” kesuksesan skincare Korea dan Jepang? Menurut saya pribadi, tentu bisa-bisa aja. Kalau ditanya ke ibu atau nenek di rumah, pasti ada aja resep DIY skincare dengan bahan-bahan dapur atau jamu yang manfaatnya bagi kulit sudah dikenal sejak lama. Nah, tapi tantangan yang harus dihadapi juga banyak, mulai dari stigma produk skincare lokal kurang bagus, sampai formulasi skincare tersebut dari pihak brand.

“Yang perlu ditingkatkan dari produk skincare dalam negeri adalah penggunaan bahan baku dan zat aktif. Semua orang Indonesia sepertinya sudah tahu lah, khasiat kunyit yang bisa mencerahkan kulit dan menangkal jerawat. Coba misalnya ada brand lokal yang bikin inovasi baru seperti serum kunyit gitu misalnya, yang didukung oleh teknologi modern di belakangnya, pasti bakal menarik banget. Sayang aja produk skincare lokal sepertinya masih takut untuk menyesuaikan harga dan masih stuck di harga murah.” kata Ira.

I totally second that! Tanpa bermaksud meng-encourage brand lokal untuk menaikkan harga setinggi mungkin, tapi saya rasa customer sekarang sudah sangat, sangat, jauh lebih kritis dalam memilih produk perawatan kulit mereka. So, isn’t this the best time for local skincare brands to amp up their game?

Kalau memang suatu produk diformulasikan dengan baik (minim irritants, fokus di bahan utama), memiliki product range yang luas, dan bisa menargetkan berbagai masalah kulit dengan spesifik, saya rasa customer pun nggak akan sungkan membayar lebih dari price range skincare lokal pada umumnya.

Baca juga: Makeup Lokal Indonesia Nggak Akan Maju Kalau…

Sebaliknya, misalnya nih, ada produk skincare yang menggembar-gemborkan ekstrak buah pepaya sebagai bahan utamanya. Secanggih apapun brand-nya menjelaskan tentang kandungan vitamin A di pepaya sebagai antioksidan atau enzim papain yang bisa menghaluskan kulit, kalau urutan ekstrak pepayanya ada di daftar ingredients terbawah, saya yakin para smart customers ini pasti akan berpikir dua kali sebelum membeli. Masa, bahan utama yang dijadikan “jagoan” letaknya ada di urutan bawah-bawah, di samping fragrance?

Kesimpulannya, di tengah-tengah hiruk-pikuknya invasi skincare Korea ataupun Jepang, tentu masih ada harapan bahwa produk skincare lokal bisa “menyusul” kesuksesan tersebut. Nggak muluk-muluk harus terkenal di luar negeri, tapi seenggaknya bisa merangkul lebih banyak lagi beauty enthusiasts Indonesia untuk memakai produk lokal.

Kalau kata Ira, Gizi Super Cream dan bedak dingin Saripohatji aja punya masa kejayaannya di masa lampau dan masih dipakai sampai sekarang, jadi harus optimis dalam waktu dekat ini skincare lokal bisa bikin gebrakan baru 🙂 Toh kalau produknya keren dan mumpuni, kita-kita juga kok, yang bangga!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment