banner-detik

shopping

Black Period? Why Not! Here's What They Said..

Hanzky

Hanzky/ 40

seo-img-article

In this interview, Ligwina said that she had gone through a black period. A term she created for a situation where you are not allowed to have any shopping and lifesytle expenses. No new clothes, no shoes, no magazines, no fancy dinners and other unnecessary things. She recommends this treatment to her clients who are in really bad shape financially.

Turned out, there are quite a few of you who have gone through black period with their own reason, and there are many who are intrigued to do the same. Read on, maybe these four ladies experiences can help you make up your mind 🙂


Nopai – Rika – Dhyta – Arie

Situation: Nopai has experienced it for 1.5 months, while Rika started in December and just stopped recently. Both Dhyta and Arie have been on black period for two months.

Apa nih alasan dibalik black period ini?

Nopai: Waktu ngejalanin sih gue belum tau istilah black period. Awalnya pas gue abis melahirkan Maika kan emang susah kemana-mana karena nggak pake babysitter, jadi emang susah mo belanja. Setelah Maika umurnya tiga bulan, mulai deh gue berani ajak Maika ke mall sendiri. Mulai liat-liat baju, tapi kok rasanya pengeluaran untuk Maika aja gedeeee banget! Mana waktu itu rasanya nggak update banget soal make up, fashion, tas, dll. Jadi gue bertekad nggak belanja dulu deh, lagian nggak perlu. Oh ya waktu itu lagi ngisi apartemen yang three bedroom juga.

Rika: Alhamdulillah gue menjalankan detox ini bukan karena keharusan, tapi lebih karena kesadaran buat mulai menghargai uang yang dihasilkan dengan susah payah. Ini otak gue rasanya udah di-brainwashed sama Suze Orman. Kebetulan suami gue suka banget baca buku tentang manajemen keuangan dan kita berdua suka nonton Suze Orman show, jadi sering banget ketampar. Kadang karena kita merasa mampu, gampang banget kita belanja. Sampai ada titik gue merasa kehilangan excitement untuk mendapatkan sesuatu. Ditambah kita ada rencana liburan tengah tahun ini, jadi semakin semangat nabung.

Dhyta: Sebenernya sih bukan karena secara sadar tertarik untuk menjalani black period, tapi lebih karena terpaksa. Ada beberapa faktor yang berkontribusi pada keputusan gue untuk menjalani black period ini. Pertimbangan pertama karena gue pasti akan balik ke US lagi dan dilihat dari barang-barang yang sudah gue kumpulin dari sejak gue datang ke Indonesia sudah nggak mungkin lagi muat di dua koper, yah terpaksa mesti lebih hati-hati dalam berbelanja (I must say that I might need four or five luggage to pack in all those clothes, shoes, books and other stuff I’ve collected so far). Yang kedua, looking back to the last few months, I realized that I have spent more than I should have, ditambah dengan proses pindahan rumah gue baru-baru ini yang bener-bener menguras kantong. So there, it’s not by choice, to be frank.

Arie: Semenjak  jadi freelancer, saya jadi merasa kalo income bisa dateng kapan aja.  Dan itu bikin saya tambah ketagihan belanjanya. Easy come, easy go :D. Kalau dulu zaman kerja, belanja tersiernya adalah: mainan anak, buku anak, baju saya dan anak, suami, buku-buku kesukaan keluarga, beberapa kosmetik. Terakhir tambah seneng beli-beli kosmetik, baju, perhiasan lucu-lucu, tas, sepatu (ya ampun) bahkan dompet!.. dan berbagai jenis parfum serta.. body lotion dan pernak-perniknya itu (duh!). Pernah saya pesen belanjaan dulu karena bakal ada project freelance besar, nggak taunya project itu diundur. Waduh! Terpaksa bongkar tabungan keluarga (my bad!) buat bayar itu belanjaan. hiks…

Jadi setelah itu saya putuskan untuk nggak nekat lagi dan mulai ngerem belanja. Uang dari project-project freelance lainnya saya putuskan untuk mengembalikan tabungan keluarga buat jaminan taun depan keluarga  tinggal di Eropa mengikuti suami. Dengan berkurangnya uang tabungan sebagai jaminan, jadi membuat saya berpikir, bisa nggak saya hidup di negeri orang yang serba mahal dengan gaya hidup saya? Kalau kayak gini terus, nggak bisa lah. Jadi mau nggak mau I have to reduce my spending!

‘Sakaw’ belanja nggak?

Nopai: Pas 1.5 bulan itu nggak ngerasa sakaw. Godaan juga nggak banyak, paling pas liat Massimo Dutti ato Zara suka pengen masuk, tapi selalu berhasil menahan diri nggak beli apa-apa. Karena kebetulan yang gue taksir waktu itu gak  mendukung kondisi gue yang masih menyusui (musti gampang akses)

Rika: Pastilaaaah…hihihi bohong banget kalo gue bilang engga kan. Godaan terberat? Udah pasti yah MarketPlaza nya FD dan racun-racun di Twitter. Yang gue inget awal Maret kemarin pertahanan gue jebol pas heboh Brightspot Market dan gue nitip Cotton Ink sama Deszell. Gila yah beberapa bulan itu pertahanan gue hampir jebol berapa kali tuh, apalagi kalau lagi chatting sama Deszell si juragan Longchamp. Wakakakka

Dhyta: Of course! Sakaw berat hahaha. Godaan terberat sebenernya ada di kepala gue sendiri. Every time I look into my closet or shoe racks, I talk to myself, “I don’t have anything to wear” or “I need new shoes“, despite the fact that I still have few pairs of brand new/unworn shoes and clothes. Ada aja alasannya. For instance, when I see my high heels collection I would say “Oh I really need some comfy flats“, or if I see my closet I would say “I need this kind of top to go with this skirt I have“, and so on hahaha. Oh, also when people are twittering about sale events or bazaars that are going on out there. Let me tell ya, rasanya mau mampus menahan diri untuk nggak pergi ke Brightspot Market yang terakhir kemarin, especially knowing that my favorite designers were all there. But I did it.

Arie: SAKAW laaah.. godaan terberatnya kalau lagi chatting sama temen yang baru abis beli ini, beli itu dan ke toko buku 🙁 sama ke Mall obviously. Satu bulan pertama SUSAH. Garuk-garuk aspal rasanya. Kalo uang nggak abis rasanya mubazir hahahaha.

Jadi selama black period ini bener-bener nggak belanja apa-apa?

Nopai: Gue bener-bener nggak belanja make up, baju, sepatu dan tas. Starbucks, froyo dan salon pun lewat. Majalah gue masih beli, tapi cuman majalah Mother & Baby aja. Belanja buat Maika masih jalan, kan butuh.

Rika: Detox atau black period gue ga se-ekstrim yang dijabarin Ligwina loh, Han. Gue masih makan enak, masih naik taksi. Make up jelas enggak!. Ini malah sudah lebih lama lagi detox-nya. Kalau skin care jangan detox, tapi juga beli yang dibutuhin aja alias jangan coba sana sini. Kebetulan awal February kemarin eye cream dan day cream gue abis, yah mau nggak mau gue harus beli dong. Idih kita hidup hemat kan bukan berarti kudu keriputan :))

Baju, sepatu dan tas juga sama sekali enggak. Apalagi tas yah, gue bertekad nih nggak nambah tas sampai mid 2010. Any bag in any price. Majalah, Starbucks, dan jajan sih masih karena selama ini pun gue nggak berlebihan mengkonsumsi hal-hal tersebut. Kalo nyalon mah gue jarangbanget deh di KL sini. Selain mahilda, nggak bagus juga hasilnya. Jadi emang dah males aja nyalon
(Okay baru keinget nih, mudah2an emang cuman ini 🙂 kayaknya some time in January gue pernah beli dua  baju di Facebooknya Batik Centil )

Dhyta: No make ups. No clothes. No shoes. Kalau makan diluar sih masih, meskipun frekuensinya dikurangi, dan lebih menghindari fancy restaurants. Soal beli majalah sih nggak terlalu berat menghindari, since I rarely buy (women or lifestyles) magazines to begin with. Ke salon cuma potong rambut. The last time I got hair treatment was probably in December. Satu yang nggak bisa gue hindari adalah beli buku. I think my biggest spending during my black period was on books. Tapi masih tetap dalam taraf wajar kok, nggak melebihi alokasi dana.

My last fashion and lifestyle related purchase(s) sih mungkin sekitar Januari lalu, yakni tiga pasang sepatu dari Toko Dua Amoi. I also splurged on iPhone in January. Sebenernya sih, gue ada beli-beli beberapa furnitur macam rak buku, lemari kecil, dll yang nggak terlalu mahal akhir-akhir ini (although those small inexpensive things really add up). Tapi gue melihatnya sebagai kebutuhan, bukan leisure.

Arie: Mmmh.. masih belanja *nangis bombay* tapi udah dikiiiiit banget. Terakhir masih beli palet Bobbi Brown (jedot-jedotin kepala), Crocs Malindi  dua biji. Makan di luar pake  uang suami. Dan aduh, iya masih suka ke kedai kopi. Salon masih tapi dah nggak tiga hari sekali kayak dulu, sekarang dua minggu sekali dah bagus (kata suami).
Nah, belanja untuk anak.. mmmh udah berkurang, dalam arti, kalo dulu beli baju di Debenhams, Mothercare, Okaidi Obaibi sekarang cukup di Matahari. Kadang kalo pengen ya cari yang online karena lebih murah dari pada gue jalan ke mall

Setelah black periodnya selesai, belanjanya jadi lebih menggila nggak?

Nopai: Setelah kira-kira 1.5 bulan, tiba-tiba hasrat belanja gue menggelegak! Asli, tiba-tiba merasa gue ini itik buruk rupa yang butuh baju baru selain t-shirt, nursing tee, dan jeans! Plusssss… waktu itu badan gue balik kurus banget, lebih kurus dari sebelum hamil. So butuh jeans baru dong? 😀 Tiba-tiba gue stress dan nelangsa! Dalam tiga hari, gue kalap di GG>5, Zara, dan Massimo Dutti. Dan oh ya beli dua jeans baru di Levis. Abislah beberapa juta dalam sekejap 😀

Rika: Yang batik centil kan judulnya cheating yah boo…hahaha. Kalo yang bener-bener belanja karena gue merasa “Ok…cukup dulu deh puasanya”, itu pas gue pengen banget nitip Cotton Ink di Brightspot Market. Terus beberapa hari yang lalu deh gue beli jeggings. Wakakaka. So far masih terkendali sih belanjanya.

Targetnya sampe kapan akan menjalankan black period?

Dhyta: Another month, perhaps?. I don’t really think about that. Hopefully I won’t go crazywhen it’s over. Nggak pernah terpikir juga apa yang akan gue beli setelah black period. Apalagi sebenernya gue ini impulsive shopper. I never really make plan in term of what I want or need to buy. Bad, huh?! But I do see myself going on a vacation after the black period though 🙂

Arie: Sampai target tabungan keluarga kembali terpenuhi. Maunya sih ada lebihnya untuk  beli tiket dan sewa properti di calon tempat tinggal nanti.  Kalau udah selesai mau beli.. mmmh tas Kate Spade (tetep yah) dan emas batangan buat investasi saya pribadi

Ada tips untuk yang mau menjalani black period ini?

Nopai: Emh, gue waktu itu berhasil ngejalanin (walo sesudahnya gagal! :D) karena ada kesibukan baru. Yaitu musti isi apartemen baru dan bayi baru/ Jadi.. tips gue sih, cari kesibukan yang bisa mengalihkan perhatian dari shopping! Sesibuk mungkin! Bahkan waktu itu gue dibeliin tas Louis Vuitton ama mertua gue pun nggak gue pake tuh. Baru gue pake terakhir-terakhir ini.

Rika: Frekuensi ke mall/browsing gue sih enggak berkurang. Window shopping juga masih, cuma gue punya mantra jitu nih..Gue ga mati karena gak beli barang ini.…tapi gue bisa mati karena hidup susah kalo nggak punya emergency fund dan tabungan — hard core yah mak mantra nya?.
Intinya sih selalu ingat aja goals yang udah dibuat. Sebenernya,  puasa belanja itu sama aja kayak puasa makan minum. Awalnya susah setengah mati, tapi begitu kita dah ketemu ritme nya, jauh lebih mudah dijalanin. Dan seperti puasa makan minum yang juga tidak dianjurkan untuk setiap hari terus-terusan tanpa isitirahat, puasa belanja juga perlu rehat :). Tapi nggak pake kalap loh hahahaha.

Dhyta: Mengurangi pergi ke mall atau browsing memang sebenernya membantu banyak, but that’s not the point. You will get burnt out if you lock yourself at home in order to avoid looking at things in the mall. Malah stress ntar hahaha. Gue sih mencoba fokus ke depan aja dan berusaha keras untuk disiplin. Terus mengingat tujuan gue untuk menjalani black period ini. Think about your purpose and hold onto your motivation.

Arie: Nggak ke mall jelas ya. Untungnya anak saya juga nggak demen ke mall. Sekarang kalo jenuh di rumah, ajak bocah ke playground aja. Bawa buku-buku banyak dan cd sementara anak saya main. So far, it works.

Mau lagi nggak ngejalanin black period?

Nopai: Enggak. Gak berhasil buat gue. Pernah, gue pulang ke Tasik, jelas cuman di rumah, nggak belanja. Seminggu full!  Pulang ke Jakarta? K-a-l-a-p. Masuk mall rasanya kayak menghirup udara segar 😀

Rika: Mau dong 🙂 but give me a break first, okay…

What did you learn about yourself during the whole ordeal?

Nopai: Gak cocok buat gue. Mendingan juga sistem budget. Jadi budget-in aja buat shopping berapa. Silakan belanja deh sepuasnya. Tapi ya sistem budget ini pun masih suka kecolongan.. heheheh..

Rika: Ternyata gue bisa bertahan hidup dan tetap bisa gaya tanpa barang barang yang sempat menggoda iman gue itu. Dan gue jadi tahu limit! I mean, my life is no different whetherI have three or four blushes or 30-40 blushes. Hauahahhaha telat yah booo…nyadarnya begitu punya 40 blushes. Dan satu hal lagi, gue pengen bisa merubah sikap gue dalam menghargai uang, gue masih tahap pemula dalam pembelajaran ini.

Dhyta: I learned that there is no way I can stop being a shopaholic, but I also learned that with certain purposes and a strong motivation I can at least put a break on my shopping habit. And oh, I found out that I can spend only 1/4 of what I normally spend. Amazing, eh?! 😀

Arie: Pertamanya saya merasa kalo black period ini nggak baik untuk kesehatan mental saya :D. Tapi setelah ikhlas ngejalaninnya, pikiran lebih enteng dan kayanya  tensi darah saya mulai normal hehehehe..

—–

Thanks a lot for sharing, ladies! I’m starting my black period journey today. Now I have better understanding on what to expect and what not to do (like chatting with Deszell is a big NO..:D). To all of you who are planning to do the same thing..Good luck, you can do it!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment