banner-detik

beauty school

Myrrhe Ardente by Annick Goutal

seo-img-article

26129271Satu dari trio Les Orientalistes karya Goutal yang paling maskulin dan tahan lama (kabar baik). Bisakah ia mendobrak sisi religius murr?

Mereka masing-masing Ambre Fétiche, Encens Flamboyant, dan Myrrhe Ardente. Dari getah damar, menyan, dan murr yang dibiarkan linier oleh Goutal. Myrrh (murr dalam bahasa Arab) dikenal sebagai balsam pengawet, desinfektan, pewangi, dan obat selama ribuan tahun terutama di Asia dan sebagian negara-negara Afrika barat. Ia sejenis balsam resin seperti damar, kemenyan, dan gaharu. Punya kualitas tanah dan wewangian kayu yang kuat. Tapi yang paling signifikan; ia digunakan dalam ritual-ritual religius keagamaan Semit sampai Katolik di masa modern ini. Ia bahkan disebut dalam Injil bersama frankincense dan emas. Posisi ini menjadikan murr seperti wewangian prasejarah yang sukar dibawa dalam pasar mainstream.

Pesimisme juice karya Goutal sudah terjadi sejak aku memutuskan memesan Myrrhe Ardente lewat sebuah sale online. Annick Goutal memang punya kualitas juice diatas rata-rata. Tapi, sudah jadi rahasia umum, ia tidak mampu menjaga ketahanan parfumnya. Ini menegasikan kualitas yang tadi aku sebutkan. Parfum Goutal seringnya kandas dalam waktu singkat. Berhubung aku tidak punya murr mentah untuk pembanding, maka yang terpikir adalah La Myrrhe dari Serge Lutens. Aku tahu, ini berlebihan. Membandingkan Myrrhe Ardente dan La Myrrhe seperti mempertentangkan Camille Goutal dan Isabelle Doyen vs Lutens dan Christopher Sheldrake. Pertarungan antar nose ternama, terlebih pertarungan dua gender. Lanjutkan?… Lanjutkan.

Kedua parfum meletakkan murr di top notes dan middle. Lutens menambahkan tembakau sehingga kekuatan murr lebih terangkat di nota tengah, kemudian ditidurkan perlahan-lahan oleh rose dan vanilla. Goutal memakai benzoin dan vetiver sampai kualitas tanah yang disasar betul-betul membuncah tanpa ragu. Perbedaan besar masuk ketika mencapai base dan drydown. Fixative La Myrrhe memanfaatkan vanilla, sementara Myrrhe Ardente memakai tonka. Meski tonka dan vanilla bisa saling menggantikan, tonka tetap punya sisi lebih gelap ketimbang vanilla yang cenderung creamy dan manja.

Memakai La Myrrhe seperti bernyanyi dalam nada tinggi, mengayun dan memukau. Myrrhe Ardente cenderung mengendap seperti juice lengket yang gelap. Juice yang dicuri dari sudut-sudut keagamaan kita. Penuh dosa. Seperti dihadapkan pada sebuah sakramen yang berkata “Aku menciptakanmu, tunduklah kau atas sabdaku!” Mengingatkan kita pada dosa-dosa masa silam, baik yang sudah ditebus maupun dibayar di kehidupan selanjutnya. Myrrhe Ardente menguatkan lagi kalau cairan ini bisa detemui di balik kabut-kabut katedral atau yang disembunyikan di makam-makam pendeta yang hendak hidup kekal. Ia tidak berjarak. Ia menyaksikan dan mengabarkan kebangkitan sebuah iman. Myrrh Ardente sama sekali terjebak dalam masa lalu, waktu murr adalah wangi ketuhanan.

Kalau Goutal mau menjadikannya setara dengan parfum modern macam karya Ellena, Myrrhe Ardente gagal. Tapi kalau Goutal ingin membangkitkan lagi kenangan akan si Juru Selamat, ia lebih dari berhasil. Myrrhe Ardente adalah cairan religius yang jadi rival kuat bagi parfum religius lain seperti Gucci-Pour Homme dan Tom Ford-Tuscan Leather. 7/10 to me.

Myrrhe Ardente in adj:
level 1: transcendent
level 2: faith
level 3: delicious sin

image from basenotes.net

Slow Down

Please wait a moment to post another comment